Sabtu, 08 November 2008

Bung Tomo sang Orator Ulung

Sebagaimana yang kita ketahui, salah satu dari orator ulung Indonesia adalah Bung Tomo. Selain beliau, masih ada juga Ir. Soekarno yang konon dapat berpidato berjam-jam tanpa teks.

Nah, berikut ini akan kami tayangkan sebuah video yang merekam pidato Bung Tomo




Mal Pekanbaru untuk Warga Riau



Mall Pekanbaru terletak di seberang Plaza Senapelan persimpangan jalan Jendral Sudirman dan Teuku Umar. Tempat wisata belanja modren yang satu ini merupakan Mall pertama di Pekanbaru.

Mall Pekanbaru merupakan salah satu pusat perbelanjaan modern yang lengkap yang tidak hanya menyediakan busana, sepatu, perlengkapan sehari-hari kalangan atas, tetapi juga menyediakan semua kebutuhan berbagai lapisan.

Food court, elektronik dan handphone yang relatif terjangkau serta swalayan yang menyediakan buah-buahan dan alat tulis kantor semakin menambah semaraknya Mal Pekanbaru. Selain itu disini juga tersedia tempat bermain anak-anak yang luas lho.!

Pahlawan dalam Perspektif Pelajar




Dewasa ini banyak orang merasa bangga dengan perjuangan para pahlawan, yang telah berhasil membangun kesadaran berbangsa dan bernegara sehingga mampu bangkit dari kehancuran akibat sepak terjang penjajah. Bahkan sampai mampu membangun rasa persatuan dan kesatuan yang dibingkai melalui sumpah pemuda, yang pada akhirnya berhasil memproklamirkan Indonesia sebagai suatu negara yang merdeka dan berdaulat.
Walau telah mencapai kemerdekaan, Indonesia tetap dihadapkan pada dinamika sosial, bahkan sampai pada puncaknya terjadi koreksi total pada pertengahan tahun 1960-an dan akhir tahun 90-an, sehingga Indonesia sedikit terselamatkan dari krisis multidimensional, yang dampaknya hingga kini masih belum tuntas diselesaikan, walau sudah berjalan 10 tahun. Apalagi dipersulit dengan adanya sejumlah kelompok masyarakat yang menafsirkan reformasi secara ‘kebablasan’, sehingga menimbulkan kesan yang kurang positif terhadap gerakan reformasi.

Bung Tomo diangkat menjadi Pahlawan Nasional


Tokoh perjuangan asal Surabaya, Sutomo atau akrab disapa Bung Tomo, akhirnya akan mendapat gelar pahlawan nasional dari pemerintah. Pemberian gelar pahlawan akan dilakukan bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan pada 10 November 2008 mendatang.

Rencana pemberian gelar kepada salah satu tokoh pertempuran melawan tentara Sekutu di Kota Surabaya pada Nopember 1945 itu disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Mohammad Nuh, kepada wartawan di Surabaya, Minggu (2/11).

"Pemberian gelar pahlawan nasional kepada Bung Tomo menjadi kabar baik bagi masyarakat Surabaya dan Jawa Timur menjelang peringatan Hari Pahlawan," katanya.

Bung Tomo menjadi salah satu dari beberapa tokoh lainnya yang akan menerima gelar pahlawan nasional dari pemerintah dan menurut rencana akan diserahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta pada 10 November mendatang.

Pemberian gelar pahlawan nasional kepada Bung Tomo, sekaligus mengakhiri polemik berkepanjangan yang sempat muncul dalam beberapa tahun terakhir. Usulan pemberian gelar pahlawan nasional kepada Bung Tomo pernah disampaikan kepada pemerintah, tapi tidak mendapat persetujuan. Selama ini, keluarga besar Bung Tomo juga tidak pernah mempermasalahkan gelar tersebut.

"Saya tidak tahu, mengapa gelar ini tidak diberikan sejak dulu. Bagi saya itu bukan persoalan, karena yang penting, sekarang Bung Tomo sudah diakui sebagai pahlawan nasional," ujar Nuh yang sebelumnya pernha menjabat Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.

Menkominfo menjelaskan ada beberapa prosedur yang harus dilalui sebelum seorang tokoh perjuangan atau lainnya mendapat gelar pahlawan nasional. Prosedur itu di antaranya tokoh itu diusulkan sekelompok masyarakat kepada pemerintah provinsi, kemudian diteruskan kepada Departemen Sosial.

"Dari Depsos, usulan disampaikan kepada tim pemberi anugerah jasa-jasa nasional untuk ditindaklanjuti. Kalau dianggap layak dan sesuai persyaratan, maka tokoh itu akan mendapatkan gelar pahlawan nasional," jelas Nuh.

Ia juga menambahkan bahwa presiden memiliki hak prerogatif untuk memberikan gelar kepada seseorang yang dianggap berjasa kepada bangsa dan negara. "Tapi semuanya tetap melalui prosedur dan mekanisme yang berlaku," tambahnya.

Kebangkitan Nasional diantara Revolusi Budaya

Semangat yang terkandung dalam peringatan seabad Kebangkitan Nasional hendaknya menjadi momentum yang baik untuk merevolusi kebudayaan, terutama berkaitan dengan perilaku masyarakat dan penyelenggara negara. Demikian pandangan Koordinator Masyarakat Komunikasi Indonesia, Henry Subiakto. "Revolusi kebudayaan akan melepaskan bangsa ini dari belenggu sikap saling menyalahkan, tidak percaya diri, tidak berdisiplin, tidak suka bekerja keras dalam mencapai cita-cita," kata dosen pada Program Pascasarjana Studi Media dan Komunikasi Universitas Airlangga, Surabaya, di Batam, Kepulauan Riau, Selasa (27/5).

Menurut Henry, sudah beberapa kali Indonesia mengalami revolusi baik fisik maupun revolusi di bidang kehidupan lainnya. Akan tetapi, pencapaian-pencapaian itu belum mendapatkan penghargaan yang layak karena dianggap sebagai hasil karya pihak lain. Dia kemudian merujuk pada fakta sejarah perjalanan bangsa dan suku-suku bangsa di Indonesia yang kemudian menjadi bangsa Indonesia. Sejak Kerajaan Mataram mengalahkan Majapahit, katanya, tak ada sisa-sisa Majapahit. Demikian juga setelah Mataram dikalahkan Demak/Pajang. Kemudian, ketika Orde Baru berkuasa, semua peninggalan Orde Lama, tak peduli yang baik-baik, dihapuskan. Pada zaman sekarang, ketika Orde Reformasi muncul, semua peninggalan Orba dianggap buruk dan harus ditinggalkan.

Hingga dewasa ini, ujarnya, dari aspek kehidupan politik, orang-orang partai yang kalah dalam suatu pemilihan yang demokratis mendirikan partai baru. Kemudian demonstrasi sebagai cara mengekspresikan pendapat yang sah masih kerap ditandai dengan perusakan. "Gejala-gejala ini menunjukkan belum terbangunnya penghargaan akan suatu pencapaian, sehingga perlu ada revolusi kebudayaan," katanya. Dia kemudian memberikan contoh yang dapat dilakukan oleh berbagai kalangan agar revolusi kebudayaan bisa digerakkan. Salah satunya ialah melancarkan sebuah gerakan yang dapat mendorong penyelenggara negara dan berbagai lembaga seperti lembaga pendidikan dan sosial menyadari pentingnya perilaku disiplin dan menghargai pihak lain untuk dijadikan perilaku setiap orang dalam membangun tata masyarakat baru.

Berbagai kalangan perlu menyusun konsep dan peraturan tentang disiplin maupun mengharga pihak lain dalam berbagai bidang kehidupan hingga pelaksanaan dan penegakannya. Konsep dan peraturan itu kemudian dikampanyekan dan terus didesakkan agar para penyelenggara negara membuat peraturan, kebijakan, penyelenggaraan sarana dan prasarana serta sumber daya yang diperlukan untuk penegakannya. "Kalau di suatu tempat orang diatur harus antre, maka tidak boleh seorang pun yang nyelonong tanpa terkena sanksi," katanya.